ARSIP-KU
Tuesday, April 1, 2008
Penulis : Al Ustadz Asasuddin

Beriman kepada ALLAH merupakan salah satu rukun iman. Ia merupakan landasan utama aqidah seorang muslim. Dan termasuk dari keimanan kepada ALLAH ,seorang muslim harus meyakini bahwa ALLAH adalah rabb semesta alam, Sang Pencipta, dan Yang mengurus segala sesuatu.. Dan DIA pula yang berhak untuk diibadahi, tiada sekutu bagi NYA. siapa saja yang diibadahi selain NYA adalah batil( tidak berhak untuk diibadahi).

ALLAH berfirman:

(Artinya: Dialah (ALLAH) Yang Haq. Dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain ALLAH adalah batil. Dan sesungguhnya ALLAH, Dia lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.( Al Hajj:62).)



Selain keyakinan di atas, seorang muslim harus mengesakan Allah serta meyakini kesempurnaan Nama dan Sifat sifat-NYA, sekaligus mensucika NYA dari semua sifat kekurangan..Ketiga keyakinan di atas tercakup dalam satu ayat:

(Artinya:Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah DIA dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada NYA. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan DIA (yang patut disembah)?( Maryam:65))



Berkata Al Imam Asy-Syaukani dalam tafsirnya,” DIA lah Allah yang menciptakan langit dan bumi dan di antara keduanya. DIA pula yang memiliki keduanya dan yang ada di antara keduanya. Dan mustahil bagi ALLAH memilki kealpaan. Kemudian ALLAH memerintahkan

nabi-NYA untuk bersabar didalam beribadah kepada NYA. Adapun huruf ( fa) dalam lafadz

(فَاعْبُدْه) bermakna sebab, sehingga sifat rububiyah yang IA miliki mengharuskan DIA lah semata yang berhak diibadahi. Lalu lafadz selanjutnya (هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا ) huruf ( hal) adalah

kata tanya yang mengandung makna pengingkaran, sehingga maksud kalimat di atas adalah: Tidak ada satu pun yang menyamai dan menandingi NYA. Karena itu IA tidak pantas dipersekutukan dengan selain NYA. Maka ketika tidak ada yang pantas menjadi sekutu-NYA jadilah IA semata yang berhak diibadahi. “



Pengertian lain dari sepenggal ayat di atas adalah, bahwa tidak ada yang menyamai ALLAH di dalam nama dan sifat-NYA, sebagaimana yang ditafsirkan oleh Az-zujaj, “Apakah anda mengetahui selain ALLAH yang berhak dinamakan Al Kholiq, Al Qodir dan Al 'Alim ( Yang Maha Tahu apa yang terjadi dan sedang terjadi). Dengan demikian tidak ada satupun makhluk yang menandingi ALLAH di dalam semua nama-NYA,.Meskipun makhluq tersebut menyandang nama-NYA, namun sesungguhnya hanya ALLAH lah pemilik sifat di balik nama tersebut.” (Fathul Qodir tafsir surat Maryam: 65)



Ayat di atas dengan jelas memaparkan akan kewajiban kita beriman kepada ALLAH dengan ketiga keyakinan sebagai berikut.

Pertama: Tauhid Rububiyah, yakni keyakinan bahwa ALLAH yang mencipta alam ini, memiliki, dan mengatur nya.. Keyakinan semacam ini tersimpul di dalam fitroh manusia dan hampir tak ada yang mengingkarinya, ALLAH subahanahu wa ta’ala berfirman:

(Artinya: Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka”, niscaya mereka menjawab: "ALLAH." Maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan ? ) ( Az-Zukhruf : 87)



(Artinya: Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", Niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.")

( Az-Zukhruf: 9)



(Artinya: Katakanlah: "Siapakah Pemilik langit yang tujuh dan `Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?") ( Al mukminun: 86-87).



Ayat ayat di atas menegaskan, bahwa mayoritas manusia meyakini dalam hatinya akan rububiyah-ALLAH. Hanyalah orang orang yang dalam hatinya ada sifat sombong yang mengingkarinya. Namun sesungguhnya di dalam hatinya meyakini yang demikian itu. Sebagaimana ALLAH terangkan tentang kesombongan Fir'aun, ketika mengatakan kepada kaumnya:

(Artinya: Dan berkata Fir`aun: "Hai pembesar kaumku. Aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku.”) ( Al Qashash: 38)



Ucapan tersebut dikomentar Nabiyullah Musa ‘alaihi sallam:melalui jawabannya:

(Artinya: "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mu`jizat-mu`jizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi, sebagai bukti- bukti yang nyata. Dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir`aun, seorang yang akan binasa.") ( Al Isra':102)



Hal itu dibenarkan oleh Yang Maha Mengetahui lewat firman-NYA:

(Artinya: Dan mereka mengingkarinya, karena kezaliman dan kesombongan (mereka).Padahal hati mereka meyakini(-kebenaran-)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.) ( An-Naml: 14)



Mereka sama sekali tidak mendatangkan argumen guna membenarkan pengakuanya. Hanya kesombongan belaka yang mereka miliki. Sama halnya dengan kaum Dahriya yang meyakini, bahwa yang mematikan dan menghidupkan adalah gejala alam, bukan ALLAH subahanahu wa ta’ala. ALLAH berfirman:

(Artinya:Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja. Kita mati dan hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa." Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.) ( Al Jatsiyah: 24)



Kedua: Tauhid Uluhiyyah, keyakinan bahwa ALLAH adalah Dzat yang berhak untuk diibadahi. Tauhid ini juga dikenal dengan Tauhid Ibadah. Berarti segala bentuk dan jenis ibadah hanya berhak dipersembahkan kepada ALLAH. Ibadah yang dimaksudkan di sini adalah semua amalan baik ucapan maupun perbuatan, yang nampak atau tidak, yang dicintai serta diridloi ALLAH. Demikianlah difinisi ibadah yang lebih sempurna, sebagaimana dikatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Sedangkan ibadah itu sendiri harus mengandung tiga rukun, yaitu Al Mahabbah( cinta), Ar-Raja'( mengharap), dan Al Khauf( perasaan takut akan adzabnya). Beribadah hanya dilandasi kecintaan belaka adalah ibadahnya kaum sufiyyah. Sementara beribadah hanya dengan mengharapkan pahala saja merupakan ibadahnya kaum murji'ah. Adapun beribadah hanya dengan perasaan takut akan adzab merupakan ibadahnya kaum khowarij, ALLAH mengkhabarkan kepada kita sifat ibadahnya para Nabi-ALLAH alaihimussalam:

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

(Artinya; Sesungguhnya mereka (-para nabi-) adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik, dan mereka berdo`a kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami.) ( Al Anbiya':90)





Ibadah adalah amalan yang paling dicintai dan diridloi. Karena itu, tidaklah ALLAH menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada NYA dengan mentauhidkan NYA . ALLAH suabahanahu wa ta’ala berfirman:

(Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada Ku.) (Adz-Dzariyaat: 56)



Demikian pula allah mengutus para rasul-NYA dengan membawa misi yang sangat agung ini sebagaimana firman-NYA:

(Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"Sembahlah ALLAH (-saja-), dan jauhilah Thaghut itu.").( An-Nahl: 36)



Maka kewajiban bagi hamba untuk mempersembahkan segala jenis ibadah hanya kepada ALLAH. Barang siapa memalingkan ibadah ini untuk selain ALLAH, seperti berdo'a kepada selain ALLAH, menyembelih dan bernadzar untuk selain DIA, meminta tolong atau ber-istighotsah -ketika musibah terjadi- kepada orang yang telah mati, atau kepada yang hidup -di dalam urusan yang hanya ALLAH sajalah yang mampu-, maka dia telah melakukan perbuatan syirik besar yang mengeluarkanya dari agama Islam.

Fenomena ini banyak terjadi disebabkan kejahilan seseorang terhadap hakekat makna ibadah yang merupakan intisari dari kalimat tauhid la ilaha illallah . Banyak kita jumpai orang meminta hajat serta mendekatkan diri kepada orang orang yang telah mati, dengan alasan mereka adalah orang sholih yang dekat kepada ALLAH serta memilki kewibawaan di sisi-NYA yang karena itu manusia bisa meminta syafaat kepada nya, atau meminta kepada mereka untuk bisa mendekatkan diri kepada ALLAH. Mereka lupa atau barangkali tidak mengerti bahwa Al Qur'an telah menjelaskan tentang hakekat kesyirikan orang-orang jahililyyah -yang diperangi oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam , sebagaimana di dalam firman-Nya:

(Artinya: Dan mereka menyembah selain ALLAH yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa`atan. Dan mereka berkata: "(-Mereka-) itu adalah pemberi syafa`at kepada kami di sisi Allah." Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada ALLAH apa yang tidak diketahui-NYA, baik di langit dan tidak (pula) di bumi?" Maha Suci ALLAH dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (-itu-).) (Yunus:18)



(Artinya: Ingatlah, hanya kepunyaan ALLAH-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain ALLAH (-berkata-): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada ALLAH sedekat-dekatnya."Sesungguhnya ALLAH akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih pada nya. Sesungguhnya ALLAH tidak menunjuki orang-orang pendusta dan sangat ingkar.) (Az-Zumar:3)



Yang dimaksud yaitu orang orang yang menjadikan wali wali-ALLAH sebagai perantara antara dia dengan ALLAH -untuk mendapatkan hajatnya-.



Berkata Al Imam Asy-Syaukani rahimahullah di dalam Nailul Author: “Sesungguhnya Islam menangis melihat kerusakan yang disebabkan karena pengagungan terhadap kubur kubur, bermunculanya keyakinan orang-orang bodoh -seperti keyakinan orang orang kafir terhadap berhala-berhala-.” Bahkan lebih besar kesyirikanya, di mana mereka meyakini bahwa mayit mampu mendatangkan manfaat serta menolak mudlorot, sehingga mereka menjadikan nya sebagai tempat untuk meminta hajat dan tempat menggantungkan terkabulkanya permohonan. Mereka meminta-minta hajatnya ,layaknya seorang hamba meminta kepada rabb-nya. Mereka bersafari ke tempat tersebut, mengusap ngusap kuburnya, serta beristighotsah kepada nya. Secara garis besar mereka tidak menyisakan sedikitpun dari apa yang diperbuat orang orang jahiliyyah terhdapap berhala berhalanya kecuali mereka melakukanya, innalillahi wainna ilahi raji'un.

ALLAH subahanahu wata’ala berfirman:

وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

(Artinya: Dan barangsiapa menyembah sesembahan lain di samping ALLAH, padahal tidak ada satu dalilpun bagi nya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi rabb-nya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir ( -musyrik-) itu tiada beruntung.) (Al Mukminun : 117)





Dan Tauhid merupakan hak-ALLAH yang harus ditunaikan oleh seorang hamba. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah r di dalam sebuah haditsnya:

عَنْ مُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَال كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

{ رواه البخاري}

(Dari Mu'adz bin Jaba, ia berkata, “Ketika aku bonceng di belakang Rasulullah di atas keledai, Beliau berkata: Hai Mu'adz! Tauhukah kamu, apa hak ALLAH atas hamba-NYA? Mu'adz menjawab: ALLAH dan rasul-NYA lah yang mengetahuinya. Rasulullah menjawab: Hak ALLAH atas hamba- NYA, agar hamba itu beribadah hanya kepada NYA dan tidak mempersekutukan NYA dengan selain-NYA.)(HR: Al Bukhariy).





Ketiga: Tauhid Al Asma' wash-shifat, yakni mengesakan ALLAH di dalam nama dan sifat-NYA. Artinya, seseorang hamba menetapkan nama-nama dan sifat-sifat bagi ALLAH sebagaimana yang telah ALLAH tetapkan sendiri di dalam Kitab-NYA dan juga melalui lisan rasul-NYA. Kemudian disertai dengan meniadakan atau membersihkan ALLAH dari sifat-sifat kekurangan dan tercela. Dalam hal ini perhatikanlah apa yang ALLAH tegaskan melalui firman-NYA:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

(Artinya: Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan DIA, dan DIA-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.) ( Asy-Syura:11)



Allahu A'lam bishshowab.





(Al Irsyad ila shohihil i'tiqod, DR sholih bin Fauzan, Fathul Qodiir)

(http://www.mimbarislami.or.id/?module=buletin&opt=default&action=detail&blid=27)


Labels:

 
posted by إبراهيم at 7:38 PM |